Pada asalnya Kota Medan terdiri dari beberapa kampung saja, dan memulai riwayatnya dalam tahun 1864, di bawah pemerintahan Almarhum Tuanku Sultan Mahmud Perkasa Alam, dan bersinggasana di Labuhan-Deli. Kampung-kampung yang dimaksud terletak di pinggir Sungai Deli yaitu sebelah Timur dan Urung Percut.
Di tengah-tengah dari Urung Suka Piring – Pusat kampungnya terletak di sebelah kiri Sungai Petani (Sungai Deli). Sungai Deli dapat dilayari sampan-sampan, setelah bersatu dengan Sungai Babura. Oleh karena itu menjadilah kampung ini tempat pemunggahan barang-barang hasil bumi yang diangkut ke segenap penjuru dunia.
Belawan adalah pelabuhan terbesar di Pulau Andalas. Mengingat ramainya pelabuhan Belawan dikunjungi oleh kapal-kapal dagang dari seluruh dunia, maka pelabuhan ini sejak lama telah dijadikan pelabuhan Samudera (Oceaanhaven).” Demikian sekilas paparan pembukaan Buku Pedoman Kota Besar Medan sebagaimana tertera pada halaman 17.
Pada tahun 1950-an, M. Simatoepang yang saat itu menjabat sebagai kepala jawatan penerangan Kota Besar Medan di dalam sambutan buku tahunan Kota Medan mengatakan,
“Buku Pedoman Kota Besar Medan sangat berguna bagi mereka yang datang dari luar, istimewanya kaum pedagang dan pelancong. Di dalam buku ini termuat alamat-alamat dan nama jalan yang dianggap perlu diketahui oleh segala lapisan masyarakat.”
Baca juga:
Kapan Pilkada Sumut 2018?
Mencari Pemimpin Sumut Zaman Now!
Pilkada Medan, Sebuah Refleksi Tanpa Tendensi
Pilkada Medan, Kemana Harus Mencoblos
Kota Medan Tahun 1860-1950, Topografi M.A. Loderichs
Buku Pedoman Kota Besar Medan 1950-an
Sementara walikota Kota Besar Besar pada tahun 1954 yang kala itu dijabat oleh M. Moeda Siregar mengatakan buku pedoman kota besar Medan diperlukan untuk keperluan pelancong dan urusan dinas.
Sekalipun dalam judulnya menyebutkan “Kota Besar Medan,” tetapi secara menyeluruh buku ini sebenarnya membicarakan Sumatera Utara dengan segala dinamika dan pesona alam Sumatera.
Misalnya tentang otobis yang berhenti di Prapat dalam perjalanan dari Medan ke Tapanuli atau Sumatera Tengah, termasuk mandi-mandi di Prapat adalah kegemaran bagi pelancong. Di Prapat juga kita bisa melihat Pasanggrahan pemerintah yang disebut “Pasanggrahan Marihat” dekat Pekan Tiga Radja.
Komentar