Dulu namanya beras catu atau rangsum (beras pera) yang jumlahnya sudah ditentukan, kwintal atau eceran. Beras Raskin umumnya ditempatkan dalam karung goni berserat. Lantaran mutu buruk berbau apek dan berkutu, maka beras catu tidak laik dikonsumsi. Karena itu, beras catu umum dibuat sebagai bahan tepung. Kemudian, setelah krisis reformasi tahun 1998, pemerintah Indonesia mengeluarkan RASKIN (beras untuk rumah tangga miskin). Penyaluran RASKIN dilakukan oleh BULOG yang bertujuan memperkuat ketahanan pangan negara.
Beras BULOG dari segi rasa tidak enak, tidak pulen serta tidak putih dan terkesan murah. Tetapi, dari segi kesehatan beras Bulog rendah kadar gula dan bagus untuk penderita diabetes.
Baru-baru ini terjadi simpang-siur pemberitaan ihwal penghentian RASKIN oleh BULOG. Hal ini tentu saja membuat masyarakat pra sejahtera resah. Mengingat, RASKIN sangat membantu ekonomi keluarga. Sebenarnya tahun 2016 bukan penghapusan RASKIN (beras miskin). Melainkan, penggantian jenis berasnya dengan tiga jenis beras: medium, premium, super.
Nantinya, tidak ada lagi perbedaan antara raskin dengan beras cadangan pemerintah atau beras operasi pasar. Semua beras bulog kualitas bagus. Pembedanya adalah bobot atau berat beras per kemasan seperti 15 kg, 50 kg, 100 kg.
Jadi, di masa mendatang tidak ada lagi beras dengan mutu kurang bagus. Baik itu beras raskin maupun beras yang umum dikonsumsi masyarakat. Lebih dari itu, Indonesia kembali bertekad swasembada beras dan mengurangi impor beras.
Adapun penjelasan mengapa beras pera bagus untuk penderita diabetes dan cocok untuk diet. Sebab, Indeks Glikemiknya (gula tambahan) rendah dibandingkan beras pulen tinggi Glikemik. Indeks Glikemis (GI) adalah potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang terdapat pada makanan.
Makanan dengan GI tinggi membuat orang berenergi, bertenaga karena gula yang naik, tetapi cepat turun mendadak. Karena itu, menjadi cepat lapar dan orang makan kembali sehingga cepat gemuk. GI membuat pankreas bekerja lebih banyak untuk memproduksi insulin.
Orang awam kadang berpikir dan bertanya? Bagaimana mungkin beras (nasi) mengandung gula. Bukankah gula terbuat dari tanaman tebu, sedangkan nasi beras berasal dari padi. Sebenarnya bukan nasi mengandung gula (manis). Tetapi, mengandung “kadar gula” bukan gula dalam artian sama seperti gula tebu yang manis, tetapi kadarnya saja.
Karena itu, sekiranya Anda penderita diabetes lebih baik mengonsumsi beras raskin, beras bulog atau beras pera. Walau dari rasa kurang enak dan pulen. Tetapi, bagus untuk kesehatan dan badan terasa ringan karena tidak terlalu banyak mengandung kadar gula.
Baca juga:
Kayu Raru, Tumbuhan Herbal Obat Diabetes dan Campuran Tuak
Komentar