Jejak Jepang di Kota Medan sukar dilacak dan mungkin juga jejaknya terserak acak. Berbeda dari Bangsa Eropa, India Tamil, Cina, Arab, Thailand, dan Persia yang jejaknya relatif mudah diendus. Jika mau tau jejak Jepang di Kota Medan, kita harus pergi ke wilayah sub-urban yaitu Deli Tua, di situ terdapat kuburan Jepang.
Menengok kuburan saja tidak mencukupi untuk menandai kapan, apa, dan bagaimana pasukan negeri Samurai tersebut berjejak di bumi Sumatera. Jepang masuk ke Tanjung Tiram, Sumatera Timur tahun 1942 dipimpin oleh Letjend Nashimura dibawah Komando Jenderal Toyuki Yamashita.
Semboyan “saudara tua Asia” yang dipakai Jepang ternyata ilusi belaka. Dan kini, kuburan Jepang sesekali dikunjungi muda-mudi berseragam sekolah. Mungkin mau studi atau saling berbagi kasih murni.
Barangkali karena kontur tanah di pekuburan Jepang yang mirip valley, lembah dan perbukitan sehingga enak untuk beristirahat. Sangat disayangkan Kuburan Jepang yang harusnya bisa menjadi tempat studi ternyata “sering” dipakai untuk pasangan sejoli yang memadu hati.
Parahnya, sudah tau kuburan masih dipakai juga sebagai tempat untuk saling memberi, bercumbu merayu rindu sampai tak tau waktu. Surga atau neraka urusan kedua!
Adapun seuntai jejak negeri samurai yang terburai di bumi Sumatera Utara bisa dilihat dari tugu Appolo Medan Area yang terletak di Pajak Sambu. Pasukan Jepang yang masuk ke Sumatera Utara terkenal dengan julukan Harimau Malaya (Malay To Tora).
Referensi literatur yang membahas kehadiran Jepang di Tanah Deli dapat ditemukan di sejumlah perpustakaan kampus USU dan perpustakaan daerah Sumatera Utara depan Istana Maimun
Jika pembaca SeMedan.com ingin belajar budaya dan sejarah Jepang lebih lanjut, silakan datang ke konsulat Jepang Kota Medan berada di Sinar Mas Land Plaza, Lantai 5, Jalan Pangeran Diponegoro No. 18 Medan.
Baca juga:
Limau Manis Tanjung Morawa, Pantai Jepang Sayonara
Komentar