Rintihan suara bayi kucing di malam Ramadhan yang sunyi terdengar di antara gerimis menjelang sahur. Sesekali suaranya menjauh, menghilang dan parau. Saat hari mulai pagi, mentari masih bertudung awan dan tidak terdengar lagi suara bayi kucing. Apakah ia telah mati kedinginan? Dicari ke asal-muasal sumber suara, tidak ada kucing. Tanya sama tetangga apakah mendengar suara rintihan kucing, tidak mendengar.
Seharian dicari-cari tetap saja tidak berjumpa. Barulah keesokan harinya nampak se-ekor bayi kucing berjalan sempoyongan kelaparan. Badannya gemetar kedinginan, bulu-bulunya lengket oleh air. Tatapan matanya lembut sekali, lucu dan teduh. O Tuhan, sungguh haru menyentuh kalbu.
Bayi kucing tersebut saya pungut, lalu ditaruh di kardus dalam rumah. Hari pertama tidak mau makan, tidak mau minum. Terpaksa makan-minum disuapi, masuk juga sedikit demi sedikit. Esoknya ada lagi kejadian pilu, sepulang tarawih di tengah gerimis terdengar lagi suara erangan bayi kucing dari parit. Agak aneh, paritnya penuh air, tetapi suara kucing dari dalam parit. Saya dengarkan baik-baik memang di dalam parit, tetapi tidak mungkin ada suara kucing dalam air.
Lewatlah segerombolan remaja tanggung dan anak-anak kampung. Saya panggil minta tolong untuk mencari dari mana asal suara bayi kucing tersebut. Tidak disangka, anak-anak kecil dan remaja tanggung yang kesehariannya sangat bergajul punya rasa iba yang besar terhadap makhluk Tuhan yang lemah.
Gantian secara sigap mereka menyenter dengan senter handphone. Rupa-rupanya kucing itu bertengger dan berondok di balik sebilah kayu di bawah penutup parit. Pantas dilihat dari atas tidak kelihatan. Anak-anak itu “nyemplung” ke dalam parit berusaha menyelamatkan kucing.
Tetapi tangan tidak sampai. Seorang remaja, anak dari Kepling Link VII Dwikora Medan yang berhasil mengeluarkan kucing dari tempat berbahaya, parit berisi air.
Mungkin perbuatan menolong kucing biasa saja. Tetapi seperti kata petuah, “apabila menyelamatkan yang hidup dengan yang hidup, maka kita juga akan dinaungi kehidupan.
Selanjutnya kucing saya pulang sambil mengucapkan terima kasih kepada anak-anak kecil dan anak remaja yang sudah bertindak heroik menyelamatkan kucing. Dalam dua hari berturut-turut ada dua kucing yang dibuang orang tak dikenal.
Riuhlah orang serumah melihat bayi kucing lucu. Berbeda dari kucing yang pertama tidak mau makan. Kucing yang kedua mau makan sendiri dan minum air di wadah yang disediakan. Kehadiran kucing membuat hati bertambah riang seperti obat pelipur lara di tengah penantian si buah hati.
Kedua anak kucing tersebut oleh Maula Mazin dinamakan La Nina dan El Nino seperti nama iklim dan cuaca. Alasannya, kata Maula Mazin, yang satu sifat kucing pendiam, tidak mau makan, badannya kurus kering macam kemarau. Sedangkan yang satu lagi, lahap, gerak cepat macam badai dan hujan.
Dan kemudian…
Detik berganti menit, menit berganti jam. Waktu berlalu tanpa mau menunggu. Dua anak kucing tidak betah lagi berada di kardus, sebentar-bentar dengan cakarnya yang mungil ia pacih-pacih itu kardus. Tambah lagi suara erangannya betul-betul menggemaskan dan bikin tersenyum melihat aksi tingkahnya yang lucu.
Lihatlah mata bayi kucing, ia seperti mengerti apa yang Anda rasakan. Kucing punya perasaan, kalau tidak percaya silakan buktikan sendiri. Maka dari itu, jangan membenci bayi kucing kampung secara berlebihan lantaran karena kotorannya bau dan menjijikkan. Kucing adalah makhluk ciptaan Allah SWT, hewan kesayangan Nabi Muhammad Saw.
Semoga hati kita masih memiliki cinta kasih untuk saling berbagi, bukan saja kepada manusia tetapi juga kepada rintihan kucing kecil di malam Ramadhan yang sunyi.
Komentar