Pernah mendengar Sungai Silau? Sungai Silau merupakan sungai besar yang membentang dari ujung selatan Kabupaten Asahan, bermuara di Kota Tanjung Balai untuk selanjutnya mengalir ke Selat Malaka. Bagi masyarakat Tanjung Balai, Sungai Silau memiliki posisi tersendiri dalam sejarah terbentuknya kota tersebut.
Menurut sejarah, ketika Kesultanan Aceh dan Kesultanan Asahan bertemu untuk mengadakan perjanjian perdamaian, Sultan Iskandar Muda yang saat itu memimpin Aceh memerintahkan mendirikan balai di atas sebuah tanjung yang menjadi muara Sungai Silau sekaligus pertemuan antara aliran sungai Silau dengan sungai Asahan. Balai itulah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kota Tanjung Balai.
Sungai Silau merupakan sungai terbesar kedua setelah sungai Asahan dan memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat yang dilaluinya. Meski bermuara di Kota Tanjung Balai, namun sungai besar yang airnya berwarna kuning kecoklatan ini berasal dari salah satu pengunungan Bukit Barisan.
Dari segi manfaat, Sungai Silau memberikan hasil bumi yang melimpah. Sebut saja tambang pasir, ikan, kerang dan sebagainya. Pada zaman dahulu, Sungai Silau dijadikan jalur transportasi air. Bahkan penduduk setempat percaya bahwa Sungai Silau memendam harta karun peninggalan masa kejayaan Tanjung Balai sebagai kota pelabuhan di masa lalu.
Hulu sungai Silau diketahui berasal dari salah satu pegunungan Bukit Barisan lebih tepatnya dari hutan lindung Tormatutung Asahan register 1/A, Kecamatan Bandar Pasir Mandoge, Kabupaten Asahan. Jika menilik google map, jarak antara Kecamatan Bandar pasir Mandoge dengan Kota tanjung Balai dimana sungai Silau bermuara sekitar 73 Km. Maka dapat dikatakan bahwa sungai Silau mengaliri tanah Asahan mulai dari ujung selatan hingga utara dan bermuara di Tanjung Balai.
Sebagai salah satu sungai yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan kehidupan serta kekayaan alam Kabupaten Asahan dan Kota Tanjung Balai, Sungai Silau menyajikan wisata alam yang indah. Baik masyarakat Asahan maupun Kota Tanjung Balai banyak memanfaatkan keindahan Sungai Silau untuk dijadikan objek wisata. Berikut ini adalah beberapa destinasi wisata di sepanjang Sungai Silau.
Replika rumah Balai
Bangunan ini berada di tanjung tempat pertemuan antara muara sungai Silau dan Aliran sungai Asahan. Lebih tepatnya di ujung tanjung, Jalan Asahan, Kecamatan Indra Sakti, Kota Tanjung Balai. Didirikannya bangunan ini bertujuan untuk mengenang sejarah asal mula berdirinya Kota tanjung Balai sebagaimana cerita di atas.
Meski hanya berupa replika, namun keberadaan rumah balai tersebut seharusnya dapat menjadi identitas kota Tanjung Balai yang pernah juga menjadi kota terpadat se-Asia Tenggara. Namun sayangnya pemerintah kota kurang menunjukkan komitmennya dalam melestarikan sejarah Kota mereka. Walhasil bangunan itu terlihat tidak menarik karena kurang terawat dan banyak sampah berserakan.
Lomba Perahu Naga
Setiap tanggal 17 Agustus, pemerintah Kota Tanjung Balai mengadakan lomba perahu naga yang dapat diikuti oleh masyarakat Kota Tanjung Balai dan sekitarnya. Setiap peserta akan berlomba mendayung perahu yang telah dihias sedemikian rupa bak naga, mengarungi aliran sungai Silau.
Selain untuk memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia, acara ini dimaksudkan untuk melestarikan budaya masyarakat tanjung Balai, yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tradisional. Juga sebagai ajang mempererat ukhuwah masyarakat Tanjung Balai yang majemuk.
Alasan lain diadakannya perlombaan tahunan ini sebagai penarik wisatawan ke Kota Tanjung Balai. Karena secara geografis, tanjung Balai berada di hilir Danau Toba sehingga termasuk dalam kawasan Lake Toba Regional Manajemen (LTRM), dan menjadikannya pintu gerbang pariwisata menuju Danau Toba.
Pantai Pasiran
Di Kecamatan Bandar Pasir Mandoge, terdapat objek wisata alam yang sering dikunjungi masyarakat Kecamatan Mandoge dan sekitarnya. Masyarakat setempat menyebut lokasi wisata ini sebagai pasiran atau Pante (Pantai) Pasiran.
Pasiran merupakan sebuah lengkungan sungai yang memiliki hamparan pasir putih luas layaknya pantai. Lengkungan sungai yang dimaksud disini tentu saja aliran Sungai Silau. Pasiran memang aliran hulu sungai Silau. Masyarakat menjadikan area ini sebagai objek wisata karena alamnya yang indah dan unik.
Objek wisata pasiran terletak di Jalan Besar Pasiran, Kecamatan Mandoge. Daya tarik utamanya adalah terowongan kecil yang menghubungkan Pasiran dengan perkebunan sawit dan perkampungan warga.
Lebar terowongan tersebut kurang lebih 70 cm dengan ketinggian sekitar 2 meter saja. Suasana gelap dan sempit saat menyusuri terowongan sangat menarik, di bawahnya mengalir sungai kecil nan jernih sehingga memaksa pengunjung untuk melepas alas kaki. Meski hanya sepanjang 5 meter, keberadaan terowongan tersebut memberi pengalaman berbeda saat mengunjungi Pasiran.
Sungai Silo
Satu lagi aliran sungai Silau yang sering dikunjungi warga untuk berwisata. Kawasan hulu sungai Silau memang lebih banyak memberikan panorama alam yang unik ketimbang bagian hilirnya. Hal ini mungkin disebabkan daerah hilir lebih dekat dengan kawasan hutan lindung bukit barisan sehingga memiliki kontur yang lebih beragam.
Objek wisata Sungai Silau kali ini berada di Desa Aek Silabat, masih Kecamatan Mandoge Kabupaten Asahan. Warga setempat biasa menyebut sungai Silau dengan lafal ‘Silo’. Sehingga objek wisata ini dikenal dengan sebutan Sungai Silo.
Banyak warga sekitar menjadikan Sungai Silo sebagai tempat rekreasi bersama keluarga. Sebagian besar datang untuk menikmati sejuknya air sungai atau hanya duduk sambil menikmati makanan yang mereka bawa dari rumah. Objek wisata ini terbilang aman bagi keluarga, karena banyak area sungai yang dangkal dan berpasir sehingga aman bagi anak-anak.
Sungai Silo berada di Aek Silabat Plantation. Sebuah perkebunan sawit milik Bakrie group. Untuk menuju ke lokasi, sebaiknya menggunakan sepeda motor. Karena ketika jalan yang ditempuh sangat berbatu dan menurun. Karena belum ada pengelolanya, masuk ke objek wisata ini gratis alias tidak dipungut bayaran.
Demikianlah sekilas tentang Sungai Silau sebagai destinasi wisata. Semoga bermanfaat dan memberi inspirasi kepada pembaca.
Baca juga:
Mencari Melayu di Kota Seribu Sungai, Tanjung Balai
Komentar