Kuliner malam di Jalan Pagaruyung Kampung Keling sejak puluhan tahun lalu sampai sekarang ramai dikunjungi orang. Para pelancong dari luar Kota Medan yang baru pertama kali ke Kota Medan umumnya bertanya, kenapa dan mengapa dinamakan Kampung Keling, orang India di Medan tinggal di mana? Apa nama masakan khas India? Dan semua tentang Bollywood (negeri impian dengan ragam budaya, agama, dan bahasa).
Kalau sudah sampai di Pagaruyung, barulah kita tau bahwa menu makanannya tidak melulu masakan India. Begitu pula penjualnya tidak semuanya orang India. Menu yang tersedia antara lain: Sate Padang, nasi goreng kampung dan spesial, nasi briani India, mie Aceh, roti cane, Chinesse food, kerang rebus, mie sop, nasi gurih lontong malam, martabak telur bebek, dan teramat banyak lagi yang bisa disebutkan.
Jadi, semakin banyak tawaran pilihan makanan untuk bersantap semakin bingung harus pilih yang mana. Rasa-rasanya semuanya ingin dicicipi satu persatu. Lidah dan nafsu kalau dituruti mau saja. Biarlah dibilang orang rakus dan congok yang penting puas bisa mencicipi kuliner khas Kota Medan Pagaruyung punya.
Tidak perlu repot-repot jalan dari ujung ke ujung untuk memilih menu. Duduk di bangku mana saja bisa memilih menu apa saja. Tetapi, kalau mau tengok-tengok pilihan makanan-minuman boleh-boleh saja. Jalan kaki sebentar saja, dari ujung ke ujung semuanya menjual aneka makanan dan minuman yang bisa menggoyang lidah.
Kesan “enak” ini diperkuat lagi dengan orang-orang yang pernah datang ke Kampung Keling dan menuliskan pengalaman mereka di media sosial dan kebetulan kita membacanya.
Berhubung banyak sekali menu makanan yang ingin dicicipi. Kalau baru pertama ke Pagaruyung Kampung Keling. Kita tidak akan dapat membedakan masakan martabak telur khas Aceh buatan orang Aceh dengan martabak telur khas India buatan orang India.
Walaupun keduanya sama-sama menggunakan bahan telur ayam atau telur bebek. Kalau orang Medan yang tukang makan mungkin sudah paham, mana martabak telur buatan orang India, mana martabak telur buatan orang Aceh.
Di Pagaruyung, kalau malam-malam biasa, bukan malam Sabtu atau Malam Minggu masih mudah mendapatkan tempat duduk. Kalau malam Minggu ramai sekali orang. Sebagian besar yang makan di Pagaruyung adalah pelancong.
Orang Medan sendiri mungkin tidak sering ke Kampung Keling dan menganggap harga makanan di Pagaruyung sedikit lebih mahal daripada tempat lain yang menyajikan menu serupa.
Setelah mencicipi makanan di Pagaruyung seperti roti cane, sate padang, dan minuman jus selasih dan martabe, bolehlah dapat ponten 8. Satu-satunya yang bikin kurang nyaman kalau makan di Pagaruyung adalah lalu-lintas kendaraan seperti mobil dan kereta (sepeda motor) mondar-mandir tepat di tepi bangku dan meja pengunjung.
Rasanya kurang pas saja. Sebab, polusi asap knalpot bercampur dengan makanan dan minuman. Tetapi, apa daya perut sudah lapar dan terima saja kondisi seperti itu.
Kalau makan di Pagaruyung jangan kaget, baru juga mau menyuap makanan ke mulut datang pengamen jalanan dengan tembang-tembang lawas. Suap makanan lagi datang peminta-minta. Mengunyah sedikit sembari menikmati enak nikmatnya masakan ala Pagaruyung datang lagi pedagang asongan (direct retailer seller).
Sedang asyik menyeruput jus datang lagi “karyawan” Pagaruyung yang menawarkan menu tambahan. Padahal menu di meja belum lagi tumpas disantap semuanya. Semuanya menawarkan keramahan dan jika kita kurang berkenan dengan semua itu, tolaklah secara halus.
Sewaktu penulis ke Pagaruyung Kampung Keling Medan. Selain mencicipi masakan khas India. Ada satu makanan India yang penulis cari tetapi tidak ada, namanya Ladu (terbuat seperti manisan). Kapan-kapan akan kita ulas mengenai Ladu.
Baca juga: Kampung Madras, Kampung Keling, Kampung Kubur Medan
Komentar