Tiga tokoh Melayu, Buya KH. Tengku Zulkarnaen, Pangkostrad Letnan Jendral TNI H. Edy Rahmayadi dan Datuk H. Syamsul Arifin. Ketiganya hadir dalam satu waktu pada acara peringatan Maulid Akbar Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW 1437 Hijriah yang diselenggarakan di Pesantren Al-Mundziri Jalan Makmur, Desa Sunggal Kanan, Kab. Deli Serdang, Hari Minggu (27/12/2015).
Kehadiran tiga tokoh Melayu dalam satu waktu tersebut laksana satu tungku. Masing-masing memiliki dimensi yang berbeda-beda sesuai kapasitasnya. Buya KH. Tengku Zulkarnaen sebagai Wasekjen MUI Pusat sekaligus penceramah, Letnan Jendral H. Edy Rahmayadi sebagai Pangkostrad TNI dan Datuk H. Syamsul Arifin sebagai mantan Bupati Langkat dan mantan Gubernur Sumatera Utara.
Syamsul Arifin adalah gubernur Sumatera Utara pertama yang terpilih langsung melalui pemilu (1999-2008). Beliau pernah menjadi Ketua Umum PB Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia.
Buya KH. Tengku Zulkarnaen Wasekjen MUI Pusat sebagai penceramah Maulid Nabi menyampaikan pentingnya mengingat hari kelahiran nabi. Kata Tengku Zulkarnaen, “Hari lahir orang yang kita sayangi saja kita ingat, apalagi ini hari lahir manusia agung Rasulullah. Kalau ada yang mengatakan perayaan Maulid Nabi adalah bid’ah dan sesat serta masuk neraka. Maka yang duluan masuk neraka adalah saya, kemudian anak saya Ustad Ja’far As Shoghir, Pangkostrad dan semua yang hadir di sini pun masuk neraka.” Kontan saja disambut tawa oleh ribuan hadirin.
Buya KH. Tengku Zulkarnaen dalam materi ceramah maulid diselingi dengan cerita perjalanan nabi-nabi Allah mulai Adam sampai Muhammad. Tidak ketinggalan memberi nasihat bagaimana agar istri masuk surga, suami sayang kepada istri, rumah tangga sakinah, rezeki lancar kesehatan prima, dan nilai-nilai kehidupan beragama sejalan dengan shalat lima waktu.
Sesekali Tengku Zulkarnaen menggunakan Bahasa Inggris campur bahasa daerah. Beliau fasih sekali berbahasa Karo dan mengaku dulunya adalah orang Karo bermarga Perangin-angin.
Baca Juga: Mencari Melayu di Tanah Deli, Sebentuk Retropeksi
Tengku Zulkarnaen gaya bicaranya lantang, menghibur, lucu namun mengandung ilmu sehingga sebagian tamu undangan tidak jenuh. Kebanyakan tamu undangan adalah perempuan dan mereka rela duduk di bawah sinar panas terik tanpa khawatir make-upnya luntur.
Kalau bukan karena iman dan di akhirat kelak, rindu ingin berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw, takkan orang mau rela bersusah payah mendengarkan ceramah agama yang isinya dapat menambah keyakinan akan perintah Allah dan teladan Rasulullah.
Tengku melanjutkan, “Perbedaan Nabi Muhammad dan Nabi Isa, Nabi Muhammad membawa rahmat sedangkan Nabi Isa membawa berkat. Di mana tempat yang didatangi Nabi Isa maka tempat tersebut mendapat berkat. Tetapi, rahmat tidak perlu didatangi dan seluruh alam dicucuri Rahmat dari Allah SWT. Nabi Muhammad tidak pernah menghina nabi-nabi yang lain terlebih menghina ajaran orang.
Nabi diutus sebagai suri teladan, contoh akhlak yang baik bukan saja kepada orang Islam tetapi kepada seluruh alam semesta dan isinya. Mari kita bershalawat banyak-banyak kepada Nabi Muhammad SAW.”
Di akhir ceramah, Tengku Zulkarnaen mendorong agar Pangkostrad Letnan Jendral TNI H. Edy Rahmayadi menjadi presiden RI periode 2019. Tetapi, kemudian ketika naik mimbar ditolak secara halus oleh Pangkostrad. Beliau hanya ingin menjadi panglima di Pesantren Al-Mundziri dengan tiga prinsip hidup yang ia pegang yakni, jangan sakiti diri, jangan siksa diri, dan jangan mengeluh.
Saat Pangkostrad Edy Rahmayadi berbicara, “Saya salut melihat Tengku Zulkarnaen. Sekarang sudah jarang ulama seorang Tengku dan semoga Allah memberi kesehatan selalu. Saya juga tau Datuk H. Syamsul Arifin hadir di sini.
Dan kalau seorang H. Syamsul Arifin sudah bertindak. Insya Allah sebagian tanah di sini bisa dibebaskan untuk pesantren. Kita lihat nanti, tempat ini akan sangat pesat mengalami kemajuan. Di mana ada Islam disitu ada kemajuan.”
Selesai acara, Pangkostrad Edy Rahmayadi memeluk H. Syamsul Arifin dan kemudian meneruskan perjalanan karena ada keperluan. Jamaah yang lain pulang secara tertib meski terjadi kemacetan total namun pelan-pelan bisa teratasi.
Sementara tamu undangan yang lain melakukan Shalat Zuhur berjamaah bersama Tengku Zulkarnaen dan dipimpin oleh Ustad Ja’far sebagai imam.
Akhir kata, Maulid Nabi menjadi sarana untuk mengenal pribadi Rasulullah, manusia agung yang terlahir membawa rahmat bagi alam semesta dan seluruh isinya.
Baca juga: Ribuan Orang Hadiri Maulid Nabi di Pesantren Al-Mundziri
Komentar